Hutan bakau (mangrove) adalah komunitas vegetasi pantai tropis, didominasi oleh beberapa spesies pohon bakau yang dapat tumbuh dan berkembang di pantai pasang surut berlumpur (Bengen, 2000). Sementara wilayah pesisir ini didefinisikan sebagai daerah di mana tanah berbatasan dengan laut.
Batas wilayah pesisir daratan adalah daerah dengan genangan air atau air yang tidak tergenang dan masih dipengaruhi oleh proses laut seperti pasang surut laut, angin laut dan intrusi air laut, sedangkan daerah pesisir di daerah perbatasan laut dipengaruhi oleh alam. Proses di darat, seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut, dan wilayah laut dipengaruhi oleh aktivitas manusia di darat seperti penggundulan hutan dan polusi.
Wilayah pesisir dan laut merupakan ekosistem terpadu dan saling berkorelasi satu sama lain (dan Purwaka Siregar, 2002). Setiap elemen dalam ekosistem memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan pada salah satu komponen ekosistem salah satunya (terestrial dan laut) secara langsung mempengaruhi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Hutan bakau adalah elemen yang paling kuat dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir kontaminan.
Mangrove memiliki peran isu ekologi, ekonomi, dan sosial yang sangat penting dalam mendukung pengembangan wilayah pesisir. Rehabilitasi sangat diprioritaskan sebelum dampak negatif dari hilangnya hutan bakau tersebar luas dan tidak dapat diselesaikan (tsunami, erosi, intrusi, polusi, dan penyebaran penyakit). Kota yang memiliki luas 43,80 ha kawasan mangrove di kawasan hutan berpotensi untuk dikembangkan sebagai pariwisata (ekowisata). Secara ringkas ada berbagai fungsi hutan bakau yang bisa untuk:
- Menyediakan habitat untuk fauna dan flora
- Perlindungan tanah dari bencana alam
- Bertindak sebagai sumber plasma nutfah
- Rekreasi dan pariwisata
- Pendidikan dan Penelitian
- Mempertahankan proses alami
- Pertahankan iklim mikro
- Mencegah pengembangan tanah asam sulfat
- Mengontrol erosi tanah
- Memenuhi persyaratan komunitas yang tinggal
Dalam merehabilitasi hutan bakau yang dibutuhkan adalah rencana induk yang disusun berdasarkan data objektif biofisik dan kondisi sosial. Untuk tujuan ini, Pusat R & D Hutan dan Konservasi Alam dapat berkontribusi dalam mempersiapkan rencana induk dan studi kelayakan. Dalam kasus rehabilitasi mangrove, ketentuan perlu dipenuhi untuk sabuk hijau ekosistem mangrove yang dibangun untuk memberikan fungsi optimal (untuk mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas tangkapan ikan dan penyerapan air polutan.)
Menurut Davis, Claridge dan Natarina (1995), hutan bakau memiliki 14 fungsi dan manfaat sebagai berikut:
Habitat untuk spesies yang terancam punah
Bakau sering menjadi habitat satwa liar. Lebih dari 100 spesies burung hidup di sini, dan batas tanah yang luas dengan lumpur yang hutan bakau adalah tempat pendaratan ribuan burug migran pantai ringan, termasuk spesies burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
Perlindungan terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau untuk melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan oleh badai atau udara yang dipenuhi garam melalui proses penyaringan.
Siltasi
Sifat fisik tanaman di hutan bakau membantu proses pendangkalan. Siltasi berhubungan erat dengan penghilangan racun dan nutrisi air, karena bahan-bahan ini sering terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari erosi lumpur.
Penambah nutrisi
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan sedimentasi. Bersamaan dengan proses pengendapan ini terjadi nutrisi yang berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari daerah pertanian.
Mengencangkan racun
Banyak racun yang masuk ke ekosistem akuatik dalam keadaan terikat ke permukaan lumpur atau berada di antara partikel tanah molekul air kisi. Beberapa spesies tertentu di hutan bakau dan bahkan membantu proses penambatan belerang aktif
Sumber daya alam di kawasan (In-Situ) dan daerah terluar (Ex-Situ)
Hasil alami in-situ mencakup semua fauna dan hasil penambangan atau mineral yang dapat digunakan langsung di wilayah tersebut. Sedangkan sumber daya alam ex-situ mencakup produk alam di hutan bakau dan diangkut / dipindahkan ke daerah lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, sumber makanan bagi organisme lain, atau menyediakan fungsi lain seperti meningkatkan kawasan pantai karena penghilangan pasir dan lumpur.
Transportasi
Di beberapa hutan bakau, transportasi melalui air adalah yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah kehidupan liar sangat bermanfaat baik untuk peningkatan spesies komersial hewan dan populasi satwa liar untukmemelihara dirinya sendiri.
Rekreasi dan pariwisata
Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alam maupun kehidupan di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi objek wisata alam seperti Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Hutan bakau menyediakan berbagai atraksi dengan atraksi alam lainnya. Karakteristik hutan yang berada dalam transisi antara darat dan laut adalah unik dalam beberapa hal. Para wisatawan juga mendapat pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Pantai Padang, luas wilayah Sumatera Barat dari 43,80 ha kawasan hutan bakau, memiliki peluang untuk menjadi kawasan wisata mangrove.
Kegiatan wisata ini selain memberikan pemasukan langsung kepada pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian di masyarakat sekitar dengan menyediakan lapangan kerja dan peluang bisnis, seperti warung makan terbuka, sewa perahu, dan pemandu wisata.
Pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan laboratorium lapangan yang baik untuk penelitian dan kegiatan pendidikan.
Menjaga proses dan sistem alami
Mangrove berperan sangat tinggi dalam mendukung proses berkelanjutan ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
Penyerapan karbon
Proses perubahan fotosentesis karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk vegetasi. Dalam kebanyakan ekosistem, bahan-bahan ini menguraikan dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer seperti (C02). Namun, hutan mangrove sebenarnya mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Oleh karena itu, lebih banyak hutan bakau berfungsi sebagai penyerap karbon daripada sumber karbon.
Jagalah iklim mikro
Evapotranspirasi hutan mangrove dan mampu mempertahankan wilayah hujan ketembaban, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
Mencegah pengembangan tanah sulfat asam
Adanya hutan mangrove mencegah teroksidasinya pelapisan pirit dan menghalangi perkembangan kondisi alam.