Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Beberapa bulan lalu, anak saya harus pergi jauh untuk mengikuti program pertukaran pelajar. Sebelum keberangkatannya, saya merasakan campur aduk yang sulit dijelaskan. Ada bangga sekaligus khawatir, dan saat itu, satu hal yang selalu terlintas di pikiran saya adalah doa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Keresahan yang menyelimuti hati saat anak kita pergi jauh bisa sulit dipahami orang lain. Mungkin mereka bilang “itu kan biasa saja, anak-anak sering pergi jauh,” tetapi bagi kita yang berperan sebagai orangtua, setiap detik yang mereka habiskan jauh dari kita serasa seperti ribuan kilometer. Saat kita jauh dari mereka, rasa khawatir selalu menghantui — mulai dari keselamatan mereka di perjalanan, lingkungan baru yang mereka hadapi, hingga pengalaman yang belum pernah mereka jalani.
Di satu sisi, sebagai orangtua kita bertanggung jawab dan ingin memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi. Namun, di sisi lain, saya merasa seperti ada potongan hati yang tertinggal di rumah. Maka, saya tahu, satu-satunya cara untuk melepaskan beban itu adalah dengan berdoa. Doa menjadi pengingat bahwa saya tidak sendirian, dan ada kekuatan lebih besar yang menjaga mereka saat saya tidak bisa.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Saya teringat saat-saat menyenangkan bersama anak saya, semua tawa dan cerita yang kami bagi, dan saat-saat itu terasa begitu berharga. Saya melihat anak saya, bersemangat membayangkan dunia luar yang akan dia hadapi. Namun, di balik senyumnya, saya bisa merasakan kecemasan yang sama.
Ketika malam menjelang, saya merapikan barang-barangnya. Saat saya menutup koper, tiba-tiba saya teringat betapa pentingnya menyertakan doa dalam perjalanan ini. Akhirnya, saya memutuskan untuk membacakan doa sebelum dia berangkat. Saat itu saya menggenggam tangannya, dan dalam hati saya mengucapkan permohonan — “Ya Allah, jagalah anakku dalam setiap langkahnya.” Air mata saya menetes, bukan karena kesedihan, tetapi rasa syukur dan harapan. Melihatnya siap berangkat, saya merasa menjadi bagian dari perjalanan yang lebih besar.
Lafal Doa dan Maknanya
Di antara banyak doa, ada satu doa yang sering saya baca ketika anak-anak bepergian jauh. Doa ini terkenal dan mudah diingat.
Lafal dalam Bahasa Arab:
اللّهُمّ إِنّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ السَّفَرَةِ، وَخَيْرِ مَا أُعطَيْتَ فيها، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ هَذِهِ السَّفَرَةِ، وَشَرِّ مَا أُعطَيْتَ فيها
Transliterasi:
Allahumma inni as’aluka min khairi hadhihis safarati, wa khairi ma’u’tah fiha, wa a’udhu bika min sharrih hadhihis safarati, wa sharrima u’tah fiha.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, sesungguhnya saya meminta kepada-Mu kebaikan dari perjalanan ini dan kebaikan yang ada di dalamnya, dan saya berlindung kepada-Mu dari keburukan perjalanan ini dan keburukan yang ada di dalamnya.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini bukan hanya sekadar permohonan untuk keselamatan, tetapi juga sebuah ekspresi keinginan agar perjalanan anak kita membawa banyak kebaikan. Mengucapkannya membuat saya merasa seolah-olah melepaskan beban berat dan menyerahkannya kepada Allah. Ini adalah pengingat bahwa Allah lah yang memiliki segalanya, termasuk perlindungan dan petunjuk untuk anak kita dalam perjalanan.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Idealnya, doa ini bisa dibaca sebelum berangkat atau saat anak sedang dalam perjalanan. Namun, dalam situasi yang tenang, saat kita bisa lebih khusyuk, suasana hati lebih baik, doa itu bisa terasa lebih mendalam. Membaca sambil membayangkan anak kita sedang melangkah maju, menggapai mimpi-mimpinya, akan memberikan kedamaian.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, penting bagi kita untuk menenangkan pikiran. Ambil beberapa napas dalam, rasakan ketenangan mengisi setiap sudut hati. Niatkan dengan tulus, sampaikan harapan dan rasa rindu kepada-Nya. Setelah membaca, sampaikan rasa syukur atas kesempatan yang diberikan kepada anak kita. Ini bukan hanya tentang menjaga mereka, tetapi juga tentang memperkuat ikatan kita dengan Yang Maha Kuasa.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Kita mungkin merasakan ketidakpastian saat anak pergi jauh, tetapi setiap kali kita berdoa, kita menemukan kekuatan dan harapan.
Ingatlah, doa itu bukan hanya sebuah rutinitas, tetapi sebuah keinginan yang tulus dari hati kita. Semoga kita bisa selalu melibatkan doa dalam setiap langkah, baik untuk kita maupun anak-anak kita. Biarkan mereka terbang tinggi, menjelajahi dunia, sementara kita berpegang pada harapan dan doa untuk menjaga mereka.


