Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Entah itu kesedihan, kecemasan, atau tingginya ekspektasi yang kita taruh pada diri sendiri. Saya pernah merasakannya saat berhadapan dengan berbagai tuntutan—baik di tempat kerja maupun di kehidupan pribadi. Di antara rutinitas yang padat, saya tersadar bahwa kadang kita terjebak dengan “pakaian” yang seharusnya tidak kita kenakan; beban emosional yang melilit jiwa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Sering kali, kita merasa harus menjalani segalanya dengan sempurna—berperan sebagai pegawai yang ideal, sahabat yang selalu siap membantu, atau anggota keluarga yang bertanggung jawab. Namun, dalam prosesnya, diri kita sering kali luput dari perhatian. Saat itu, saya ingat sebuah malam ketika saya duduk merenung di teras rumah, melihat bintang-bintang yang bersinar terang. Tiba-tiba saja, saya merasa lelah. Lebih dari sekadar fisik, saya lelah secara emosional.
Kemudian, saya mendengar bisikan di hati: “Cobalah untuk melepas semua ini.” Ketika itu, saya teringat tentang doa tanggalkan pakaian. Doa ini bukan sekadar ritual, tetapi sebuah pengingat untuk melepaskan segala beban yang tak perlu kita bawa. Itu adalah cara untuk menyerahkan semua masalah kepada Tuhan, yang sejatinya adalah tempat kita meminta perlindungan dan pertolongan.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Deadline proyek yang menumpuk, harapan-harapan yang rasanya tak kunjung terwujud. Dalam keheningan itu, saya teringat pada seorang teman, sebut saja dia Budi. Dia pernah berbagi cerita dengan saya tentang bagaimana dia merasa terjebak dalam kehidupannya yang monoton dan penuh ekspektasi.
Suatu malam, Budi meluangkan waktu sendirian di sebuah masjid yang sepi. Saat melaksanakan shalat, dia merasakan betapa banyak hal yang menekannya selama ini. Dia merasa seperti berdiri di tengah lautan harapan dan rasa takut. Setelah menunaikan shalat, dia membaca doa tanggalkan pakaian. Dalam keheningan itu, dia merasakan beban yang diangkat secara perlahan. Sejak saat itu, Budi menjadi pribadi yang lebih ringan, mampu menerima banyak hal dengan lebih lapang.
Kisah Budi mengingatkan saya bahwa dalam hidup ini, kita tidak sendiri. Ada banyak orang di sekitar kita dengan perasaan yang sama, yang merindukan kebebasan dari beban yang tak perlu.
Lafal Doa dan Maknanya
Berikut adalah lafadz doa tanggalkan pakaian yang sering saya baca ketika merasakan beban di hati:
Lafal Doa dalam Bahasa Arab
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَجِيرُكَ مِنْ كُلِّ عُدْوَانَ، وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ أَعْظَمُهُ عَلَيَّ أَنْ أَطَأَكَ عَلَيْهِ.
Versi Latin
“Allahumma inni astajiruKa min kulli ‘udwanin, wa astaghfiruKa min kulli dhanbin, a’zhamuhu alayya an ataq alayh.”
Terjemahan ke Bahasa Indonesia
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, dan aku memohon ampun atas segala dosa yang terasa sangat berat bagi diri ini untuk kutanggung.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini mengandung makna yang dalam. Saat kita mengucapkannya, kita sebenarnya mengakui bahwa kita tidak mampu memikul semua beban sendirian. Ini tentang kerendahan hati, mengakui keterbatasan kita sebagai manusia. Dalam setiap kalimat, terasa ada pengharapan. Doa ini adalah pengingat bahwa dalam kesulitan, ada campur tangan dari Yang Maha Kuasa. Kita tidak sendirian, dan ada jalan keluar untuk segala permasalahan.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Menjadwalkan waktu untuk berdoa bukanlah keharusan, tetapi ada saat-saat tertentu yang sering kali membuat kita lebih peka terhadap kebutuhan jiwa kita. Misalnya, saat kita merasa cemas sebelum tidur, ketika pagi menyambut kita dengan segala kemungkinan, atau bahkan saat kita merasa lelah setelah beraktivitas seharian.
Saat-saat ini adalah ketika hati kita terbuka dan kerentanan kita muncul. Dalam keheningan itu, kita dapat merenungkan semua yang kita bawa dalam hidup, baik yang positif maupun negatif.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Ada beberapa adab yang bisa kita lakukan sebelum membaca doa ini. Pertama, luangkan beberapa menit untuk tenang. Tarik napas dalam-dalam, dan niatkan untuk membacanya dengan khusyuk. Rasakan setiap kata yang kita ucapkan. Setelah membaca, jangan langsung beranjak pergi. Cobalah untuk merenung sejenak, rasakan perubahan yang ada dalam hati. Bagaimana beban itu seolah meluntur, memberi ruang bagi rasa tenang dan harapan.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Ketika kita melepas pakaian yang terlalu berat untuk dikenakan, kita akan menemukan jati diri yang sebenarnya, yang bebas dari tekanan dan beban yang melelahkan. Mari kita berusaha untuk tidak hanya menjadi sosok yang kuat di depan orang lain, tetapi juga berani meminta pertolongan saat kita membutuhkannya.
Hidup ini indah jika kita mampu melihat dengan hati yang bersih dan ringan. Setiap saat kita menawarkan doa, kita sedang memberi diri kita kesempatan untuk merasakan ketenangan pikiran dan jiwa. Semoga kita semua dapat mempraktikkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari.


