Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Dalam perjalanan hidup, ada kalanya kita merasa cemas dan khawatir. Apalagi saat akan bepergian, entah itu perjalanan jauh untuk berlibur, atau sekadar pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam rutinitas sehari-hari. Rasa gelisah itu seringkali tak terhindarkan. Di saat itulah, doa menjadi pelipur lara, memberikan ketenangan dan pengharapan baru. Doa hendak bepergian, terutama dalam bahasa Latin, menjadi sebuah tradisi yang bisa menyentuh jiwa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Seperti yang pernah saya alami, ada satu momen ketika saya akan melakukan perjalanan jauh. Saya berdiri di depan pintu, tas terpakai sudah dipersiapkan, tetapi hati saya masih gelisah. Saya merasakan ada tanggung jawab yang begitu besar, dan malam sebelumnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Saya teringat orang-orang yang saya cintai, dan bagaimana mereka akan merasa jika sesuatu terjadi pada saya di perjalanan. Dalam perjalanan, kita tidak hanya membawa barang atau diri kita sendiri; kita membawa harapan, cita-cita, dan kasih sayang. Doa hendak bepergian menjadi pengingat awal bahwa kita tidak sendirian.
Membaca doa menjadi ritual yang sangat penting bagi saya sebelum memulai perjalanan. Ketika saya melafazkan kata-kata tersebut, tidak hanya mulut saya yang bergerak, tetapi juga hati ini ikut merasakan ketenangan. Ada sesuatu yang mendalam saat melafazkan kalimat demi kalimat, seolah saya memberikan semua rasa cemas dan beban kepada Tuhan. Bukankah itu yang kita harapkan? Menghadirkan ketenangan dalam suara dan jiwa.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Saya ingat satu malam yang sangat penuh perasaan. Beberapa waktu lalu, saya melakukan perjalanan ke tempat yang belum saya kunjungi sebelumnya. Malam itu, saya duduk sendirian di ruang kerja. Suasana hening, semua orang pulang, dan saya belum siap untuk pergi. Rasanya seperti ada beban yang belum saya taruh. Pikiran saya melayang ke berbagai kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di perjalanan itu.
Dalam kebisingan pikiran, saya menemukan ketenangan dalam doa. Saya membuka buku doa dan mulai membaca lafaz-lafaz yang familiar. Tiba-tiba, saya merasa seolah-olah Tuhan sedang mendengarkan setiap detak jantung saya. Ajaibnya, ketidakpastian menjadi lebih ringan. Seakan saya bisa merasakan tangan-Nya yang menghapus semua rasa cemas ini. Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa ketika kita mempersiapkan diri dengan berdoa, kita seolah mengundang perlindungan dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Lafal Doa dan Maknanya
Dalam tradisi Islam, terdapat doa yang sangat dikenal sebelum bepergian. Berikut adalah lafaz doanya dalam bahasa Arab:
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي طَرِيقِي هَذَا الأَمَانَ وَالْمَغْفِرَةَ.
Dalam bahasa Latin, doa tersebut bisa dilafalkan:
“Bis milia tua, o Deus! Ego in viam istam confido, et te peto ut mihi pacem et salubritatem tribuas.”
Dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah:
“Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dalam perjalanan ini perlindungan dan ampunan.”
Penjelasan Makna Doa
Membaca doa tersebut bukan sekadar ritual. Ada makna yang jauh lebih dalam di balik kata-katanya. Kita menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, menyatakan ketergantungan sepenuhnya kepada-Nya. Dalam setiap lafal, tersimpan harapan dan keyakinan bahwa Allah akan menjaga kita di setiap langkah. Di saat kita merasa cemas, kata-kata ini menjadi pengingat bahwa kita tidak sendirian. Kita memiliki pengharapan, dan satu doa bisa menjadi jembatan antara kita dan keselamatan.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu yang ideal untuk membaca doa hendak bepergian adalah ketika hati kita dalam keadaan tenang. Saya biasanya melakukannya di pagi hari sebelum berangkat atau di malam hari sebelum tidur saat saya bersiap-siap. Hal ini memberikan kesempatan bagi diri kita untuk merenung sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan menyiapkan diri sebelum memasuki perjalanan.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, saya selalu menyempatkan diri untuk menenangkan pikiran. Biasanya, saya tarik napas dalam-dalam sambil memikirkan semua hal baik yang mungkin terjadi selama perjalanan. Saya niatkan dalam hati dengan khusyuk, menginginkan perlindungan dan keselamatan. Setelah itu, setelah membaca doa, saya mengakhiri momen tersebut dengan sedikit bersyukur. Merasa beruntung, karena bisa meminta dan berharap kepada Tuhan.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Setiap perjalanan, baik itu fisik maupun emosional, menghadirkan tantangan. Terutama ketika kita merasa ragu atau takut. Namun, dengan memanjatkan doa, kita bisa melepaskan semua beban itu dan menyerahkannya kepada Sang Pencipta. Di sanalah kita menemukan ketenangan, harapan, dan perlindungan.
Pada akhirnya, doa hendak bepergian bukan hanya sekadar lafaz dalam sebuah ritual. Ia adalah jembatan untuk menghubungkan diri kita dengan Allah dan mengundang-Nya dalam setiap langkah yang kita ambil. Di balik setiap doa, ada harapan yang tulus untuk setiap perjalanan yang akan kita lakukan. Mari kita selalu berdoa, dan meletakkan segala beban yang tak perlu, supaya kita bisa menjalani hidup dengan penuh rasa syukur.


