Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Apalagi ketika kita bersiap untuk terbang, merasakan beragam emosi—harapan, kecemasan, dan rasa syukur. Terlebih di saat-saat menjelang perjalanan, saya selalu merasa cemas. Ada yang terasa kurang, seolah ada beban yang harus saya lepas sebelum memasuki dunia baru di atas awan. Ini seringkali mengingatkan saya pada satu doa yang selalu saya ucapkan saat menaiki kendaraan udara.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Beralih ke udara dengan pesawat bukan hanya sekadar perjalanan fisik; ini adalah langkah menuju sebuah pengalaman baru. Memiliki keyakinan bahwa kita diberi perlindungan saat terbang memberikan ketenangan yang luar biasa. Saya ingat saat pertama kali terbang jauh sendirian ke luar negeri, hati saya penuh dengan campur aduk.
Sekitar dua tahun lalu, saya menerima tawaran kerja di negara baru. Kebayang dong, bagaimana rasanya terbang untuk pertama kalinya ke tempat yang belum pernah saya kunjungi. Rasa gugup bertemu dengan rasa antusiasme. Dalam kendaraan udara ini, saya merasa seperti terjun ke dalam ketidakpastian. Ini bukan hanya tentang mencari nafkah, tapi juga tentang membangun hidup baru. Dan, di tengah keramaian bandara, saya kembali teringat pada doa yang sering disebut-sebut.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Ketika beberapa temen dekat mendengar tentang perjalanan saya, mereka mengingatkan bahwa ada doa khusus untuk dibaca saat naik pesawat. Saya pun teringat kembali momen-momen indah dan penuh harapan.
Sebelum terbang ke negara baru, saya ingat sekali perasaan campur aduk itu. Setelah melalui proses check-in dan melewati seluruh tahapan boarding, saya duduk menunggu di bangku pesawat. Semua penumpang mulai memasuki kabin, tetapi hati ini masih merasa gelisah. Tiba-tiba, seorang ibu yang duduk di sebelah saya memperhatikan saya. Ia berkata, “Jangan khawatir, Allah pasti menjaga kita.”
Dengan sedikit bergetar, saya mengangguk dan mengeluarkan doa yang selalu terpatri dalam ingatan. Saya mulai membaca doa naik kendaraan udara. Rasanya, saat itu, beban yang saya bawa seolah terangkat. Saya merasa didengar, dilindungi, dan diperlengkapi untuk perjalanan ini.
Lafal Doa dan Maknanya
Doa yang sering saya baca sebelum berangkat terbang adalah:
Doa dalam Bahasa Arab
“Subhanaka Allahumma inni as’aluka fi safarina hadha al-birra wa taqwa, wa min al-‘amali ma tarda. Allahumma hawwin ‘alayna safarana hadha, wa tujaawiz lana khatayaana, innaka ‘ala kulli shay’in qadiran.”
Versi Latin
“Subhanaka Allahumma inni as’aluka fi safarina hadha al-birra wa taqwa, wa min al-‘amali ma tarda. Allahumma hawwin ‘alayna safarana hadha, wa tujaawiz lana khatayaana, innaka ‘ala kulli shay’in qadiran.”
Terjemahan ke Bahasa Indonesia
“Mahasuci Engkau, Ya Allah, aku memohon pada-Mu dalam perjalanan ini agar diberikan kebaikan dan ketakwaan, serta amalan yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan ini bagi kami, dan ampuni kami dari kesalahan kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini menyentuh saya secara emosional. Setiap kata dalam doa tersebut menggambarkan harapan, kerentanan, dan kepercayaan saya kepada Tuhan. Dalam perjalanan yang tak pasti, kita berdoa untuk keselamatan, kebaikan, dan keridhaan-Nya. Jika dipikir-pikir, pemahaman ini menyadarkan kita bahwa kita tidak sendiri dalam perjalanan ini. Kita memiliki Tuhan yang senantiasa mendampingi kita.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu terbaik untuk membaca doa ini sebenarnya tak terikat pada waktu tertentu; kapan saja kita mendapati diri kita akan menaiki kendaraan udara. Namun, ada beberapa kondisi yang bisa membuat doa ini terasa lebih dalam. Misalnya, saat kita merasa bimbang atau cemas. Memastikan hati kita tenang dan tawakal menjelang penerbangan membuat doa ini semakin bermakna.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, saya biasanya mengambil waktu sejenak untuk bernafas dalam-dalam. Saya duduk tenang, memejamkan mata sejenak, dan menenangkan diri. Niatkan dengan khusyuk tentang apa yang kita inginkan dalam perjalanan tersebut.
Setelah selesai, saya juga menyempatkan diri untuk bersyukur. Merenungkan kembali perjalanan hidup yang telah saya jalani dan segala nikmat yang diterima. Tak lupa, mengucapkan rasa syukur atas perlindungan dan petunjuk-Nya yang selalu ada.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Perjalanan tak hanya tentang mencapai tempat tujuan, tetapi juga tentang perjalanan hati dan jiwa. Saat kita terbang, kita membiarkan setiap beban yang mengganggu kita melayang bagaikan awan yang tak berarti. Dengan percaya bahwa bagian terberat telah kita serahkan, kita siap untuk menyambut segala yang Allah siapkan di depan.
Semoga ketika kita memilih untuk terbang, kita tak hanya membawa tubuh kita, tetapi juga jiwa yang penuh harapan dan keyakinan, serta doa yang siap melindungi setiap langkah kita.


