Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Seperti saat saya mendengar kabar tentang teman dekat yang sakit parah. Rasanya, dunia seakan runtuh dalam sekejap. Satu suara kecil dalam hati terus bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan?” Di saat-saat seperti itu, satu hal yang paling kuat dan penuh harapan adalah doa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Doa bukan sekadar kalimat yang dilafalkan, tetapi sebuah harapan dan pengharapan. Ketika teman saya terbaring lemah di rumah sakit, saya merasakan beban yang begitu berat. Dia adalah sosok yang selalu ceria, penuh semangat. Sekarang, dengan wajah pucat dan napas yang terengah-engah, harapan seakan sirna. Namun, di antara segala kegalauan itu, saya ingat betapa kuatnya kekuatan doa.
Dalam tradisi kita, khususnya di NU, doa bagi orang yang sedang sakit memiliki arti yang mendalam. Ini adalah bentuk kasih sayang dan dukungan dari kita. Doa itu menjadi jembatan bagi kita untuk mempersembahkan harapan kepada Sang Pencipta. Saat saya merenungkan semua ini, saya merasa lebih terhubung dengan teman saya, meskipun kami terpisah oleh jarak dan keadaan.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Pemikiran akan teman yang terbaring sakit menghantui pikiran. Tanpa terasa, air mata ini mengalir. Saya ingat, sebulan yang lalu kami tertawa bersama, berbagi cerita-cerita konyol yang membuat kami lupa pada hiruk-pikuk kehidupan.
Ketika kabar sakitnya datang, saya bingung harus berbuat apa. Tidak hanya perasaannya yang membuat saya gelisah, tetapi juga ketidakberdayaan saya. Saya pun mulai mencari-cari doa yang bisa membantu. Setiap malam, saya melafalkan doa untuknya, berharap agar Tuhan memberikan kesembuhan. Dari situ, saya merasakan kelegaan yang tidak terkatakan. Ada sebuah kedamaian ketika kita menyerahkan semua kepada-Nya.
Lafal Doa dan Maknanya
Dalam lisan kita, sering kali kita menemukan doa yang khas. Salah satunya adalah:
Dalam bahasa Arab:
اَللّٰهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَاسَ، اشْفِهِ أَنتَ الشَّافِي، لا شَافِيَ إِلَّا أَنتَ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سُقْمًا
Versi Latin:
Allahu rabbi an-nas, idhhab al-basa, isyfi, anta asy-syafi, la syafi illa anta, syifa’an la yughadiru suqman.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah dia, karena Engkaulah yang menyembuhkan, tidak ada yang menyembuhkan selain Engkau, semoga dia mendapatkan kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.”
Penjelasan Makna Doa
Ketika kita membaca doa ini, kita mengakui bahwa sesungguhnya semua kekuatan dan kesembuhan itu berada di tangan-Nya. Ini adalah pengakuan akan kelemahan kita sebagai manusia. Kita tidak bisa melakukan segalanya sendirian. Ada sosok yang lebih besar, yang selalu siap mendengarkan.
Doa ini juga mengingatkan kita bahwa dalam setiap kesakitan, ada harapan untuk sembuh. Dengan melafalkan doa ini, saya merasa seolah ada ikatan spiritual yang terbentuk. Selain untuk teman saya, doa ini rasanya juga menyembuhkan hati saya sendiri yang dibebani rasa takut dan cemas.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu yang tepat untuk membaca doa ini adalah ketika hati kita tenang. Pagi hari, sebelum memulai aktivitas, bisa jadi saat yang ideal. Setelah shalat, saat kita merasakan ketenangan, atau bahkan ketika malam sepi dan hanya ada kita dan Allah.
Ketika lingkungan sekitar mendukung, seperti saat kita duduk sendirian dengan secangkir teh hangat, atau ketika kita melamun menatap langit malam, saat itulah kita bisa merasakan keberadaan Tuhan lebih dekat.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, persiapkan diri kita dengan tenang. Ambil napas dalam-dalam dan niatkan dengan khusyuk. Jangan terburu-buru, karena doa adalah tentang kualitas, bukan kuantitas. Setelah membaca, jangan langsung bergegas kembali ke aktivitas. Luangkan waktu sejenak untuk meresapi arti doa yang telah diucapkan, untuk merenungkan harapan dan keinginan yang kita sampaikan kepada-Nya.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Ketika berdoa, kita bukan hanya meminta kesembuhan untuk orang yang kita cintai, tetapi juga mengingatkan diri kita untuk percaya pada proses penyembuhan.
Ini adalah cara kita menyalurkan cinta dan harapan, bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri kita sendiri. Dalam setiap doa, ada ketenangan yang bisa membawa kita pada kedamaian hati, dan menyadarkan kita bahwa kita tidak sendirian dalam perjalanan ini. Mari kita terus berdoa, karena di balik setiap lafalan, tersimpan kekuatan yang tak terduga.

