Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Seperti saat mendapati kabar bahwa si kecil, buah hati kita, terdiagnosis kuning. Rasa cemas dan khawatir melanda, membuat kita seakan kehilangan arah. Setiap momen terasa begitu berat, ditambah anggapan bahwa ini adalah masa yang krusial untuk si buah hati. Kita pun mencari pegangan, meski hanya dalam bentuk doa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Saya ingat betul hari itu, ketika dokter memberi tahu bahwa bayi saya mengalami kuning. Seolah dunia ini mendadak berputar lebih lambat. Saat saya melihatnya, penuh harapan dan kasih sayang, saya hanya bisa berdoa. Dalam keheningan malam, doa membawa saya menapaki ketidakpastian, meresap jauh ke dalam jiwa — memohon agar Tuhan memberikan kesembuhan untuk si kecil. Perasaan bahwa kita tidak sendiri dalam proses ini menjadi angin segar di tengah kekhawatiran.
Doa bukan sekadar ritual; itu adalah pengikat yang menyatukan hati kita dengan Sang Pencipta. Dengan berdoa, kita melepaskan beban yang tak bisa kita pikul sendiri. Kita percayakan semuanya kepada-Nya, dan dalam kepercayaan itulah, kita menemukan ketenangan.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Ketika anak saya, Dika, lahir, kami mengharapkan yang terbaik. Namun, takdir berkata lain. Hari ketiga setelah lahir, Dika terlihat kuning. Ia tampak lemah, dan itu membuat hati ini hancur. Di ruangan rumah sakit yang dingin, suara mesin dan peralatan medis mengubah suasana ceria menjadi suasana tegang. Rasa cemas menggerogoti, mengingat setiap detik adalah perjuangan.
Satu malam, setelah menghabiskan waktu berdoa, saya merasa harus mengajak suami untuk bersama-sama berdoa. Kami duduk dalam gelap, hanya ada cahaya lampu redup yang menemani. Saya tidak bisa menjelaskan apa yang saya rasakan saat itu. Kami berdoa dengan tulus, mengharapkan keajaiban. Dalam setiap lafalan, ada kerinduan untuk melihat senyumnya kembali, bukan hanya senyum yang menggambarkan perjuangan melawan sakit, tetapi senyum penuh keceriaan.
Entah bagaimana, setelah beberapa kali melakukan doa tersebut, saya melihat perubahan. Dika mulai tampak lebih ceria. Hati ini penuh syukur saat dia menjalani perawatan. Ini bukan sekadar tentang sembuh fisik, melainkan juga harapan dan penyerahan diri kepada Tuhan.
Lafal Doa dan Maknanya
Doa yang sering saya baca saat Dika terkena kuning adalah sebagai berikut:
Arab:
اللَّهُمَّ اجْعَلْ شِفَاءَ بَيْنِي وَلَدِي وَلَدِيَ في كُلِّ مَرَضٍ
Latin:
Allahumma aj’al shifa’a bayni waladi waladika fi kulli maradh
Terjemahan:
“Ya Allah, jadikanlah kesembuhan bagi anakku dari segala penyakit.”
Penjelasan Makna Doa
Saat mengucapkan doa ini, saya merasakan kedamaian. Kekuatan dalam pengakuan akan ketidakberdayaan sehingga menyerahkan segalanya kepada Allah. Doa ini bukan hanya meminta kesembuhan fisik; itu juga membawa harapan dan keberanian untuk melewati masa sulit. Kata-kata ini menjadi pelipur lara, menjadikan saya yakin bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu terbaik untuk membaca doa ini adalah ketika hati kita tenang. Sebuah momen di malam hari, saat bintang-bintang bertaburan di langit. Saat itulah, jiwaku merasa lebih dekat dengan Tuhan. Ketika si kecil tertidur lelap, saat kita benar-benar bisa fokus berdoa tanpa gangguan pikiran lain. Dalam kesunyian itu, setiap lafalan menjadi nyata dan terdengar di langit.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, ada baiknya kita menyiapkan diri. Tarik napas dalam-dalam, buang semua rasa cemas. Niatkan dengan khusyuk, dan ingatlah betapa berartinya si kecil bagi kita. Setelah berdoa, jangan lupa untuk mengucapkan syukur atas segala hal, sekecil apapun itu. Ini bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang menghargai setiap momen yang kita miliki.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Harapan ini bukan hanya untuk si kecil, tetapi untuk kita semua. Dalam setiap doa, setiap harapan, selalu ada cahaya harapan di ujung tunel. Kami berjanji untuk selalu berdoa, dan berharap untuk hari-hari yang lebih cerah.
Ingatlah, Tuhan selalu mendengar. Saat kita merasakan tekanan dan beratnya masalah, ucapkan doa ini penuh keyakinan. Bersama, kita akan melewati setiap cobaan yang datang. Karena di balik setiap air mata, ada pelajaran dan kekuatan yang akan membuat kita lebih kuat.

