Kadang kita perlu waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tetapi karena hati sedang ramai sendiri. Apalagi ketika mendengar kabar tentang kesehatan orang tua kita, rasanya seperti seluruh dunia mendadak berputar lebih lambat. Itu yang saya rasakan ketika mendapati mama terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Suasana kelam yang menghimpit dada, membuat semua yang biasa terlihat cerah menjadi seolah tak berarti. Di momen-momen seperti itu, kita pun kembali kepada hal yang paling mendasar: betapa pentingnya doa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Doa adalah jembatan antara harapan dan kenyataan. Saat kita merasa terjebak dalam kesedihan, berdoa untuk kesembuhan orang tua bukan hanya sebuah harapan, tetapi juga pengingat bahwa ada kekuatan yang lebih besar di luar kendali kita. Saat itu terjadi, kita harus meluangkan waktu untuk merenungkan perasaan kita, berbagi dengan siapa pun yang mau mendengar, dan mungkin, lebih penting lagi, berbicara dengan Tuhan.
Mama selalu mengajarkan saya bahwa doa adalah pengobatan hati. Setiap kali mengalami kesulitan, mama tidak pernah ragu untuk mengangkat tangan, memohon kepada Allah. Melihatnya berdoa membuat saya merasakan ketenangan, seolah segala beban hidup seketika menguap. Dalam keadaan tertekan, mencuri waktu sejenak untuk berdoa adalah bentuk perjuangan yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tetapi saya belum siap. Rasanya seperti ada beban yang belum saya taruh. Menerima berita bahwa mama harus dirawat di rumah sakit membuat hati saya bergejolak. Senyumnya yang cerah kini tergantikan oleh wajah lelah yang tak berdaya. Dalam sekejap, semua kenangan indah bersamanya berputar dalam pikiran saya.
Saat-saat itu, saya ingat momen ketika kami merayakan ulang tahunnya yang lalu. Dia selalu ceria, gelak tawanya membuat hati kami hangat. Sekarang, tampak segala keceriaan itu meluntur. Saya merindukan sosok yang selalu menguatkan, wanita hebat yang tak kenal lelah mendidik kami. Di tengah kepedihan itu, saya mulai merangkai doa. Saya ingat semua yang dia ajarkan tentang kekuatan spiritual. Doa menjadi satu-satunya cara saya untuk menyampaikan rasa cinta dan harapan.
Ketika semua dananya tampak tak cukup, dan sisa-sisa energi seperti habis, saya mengingat satu hal: doa mampu menggerakkan hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan cara lain. Saya ingat ketika teman saya mengalami hal serupa, orang tuanya juga dirawat di rumah sakit. Dia selalu berdoa di samping ranjang orang tuanya, mengirim segala harapan dan cinta tanpa henti. Dia bercerita bagaimana doa membuatnya merasa lebih tenang dan kuat. Kami berdua sama-sama menyadari, bahwa ketika harapan tampak samar, mengandalkan doa bisa menjadi pelita dalam kegelapan.
Lafal Doa dan Maknanya
Dalam situasi seperti ini, ada beberapa doa yang sering diucapkan untuk kesembuhan orang tua. Salah satu yang sangat terkenal adalah:
Doa yang Pertama
Dalam bahasa Arab:
ٱللَّٰهُمَّ أَشْفِهِمْ وَعَافِهِمْ
Dalam Romanisasi:
Allahumma asfihim wa ‘afihim.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, sembuhkanlah mereka dan berilah mereka kesehatan.”
Penjelasan Makna Doa
Di balik lafaz sederhana ini, terkandung harapan yang mendalam. Doa ini meminta Allah untuk mengembalikan kesehatan dan kebugaran, tidak hanya fisik tetapi juga mental. Ini adalah pengakuan bahwa kita, sebagai manusia, tidak memiliki kuasa penuh atas penciptaan dan pemeliharaan tubuh. Seluruhnya adalah wewenang Allah. Ketika kita menyatakan permohonan seperti ini, ada kelembutan dalam hati kita yang mengakui bahwa Dia-lah yang memiliki kuasa segalanya.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu terbaik untuk membaca doa ini adalah saat hati kita merasa tenang. Saya biasanya merasakan kedamaian saat pagi menjelang fajar atau di sepertiga malam ketika suasana sunyi. Saat itu, dengan segala kesibukan yang terdengar jauh, kita bisa fokus dan khusyuk.
Pada kondisi emosional yang tidak stabil, kita mungkin perlu menarik napas dalam-dalam sebelum berdoa. Cobalah untuk membayangkan wajah orang tua kita, saat mereka tersenyum, atau saat mereka berbahagia. Rasakan rasa cinta itu, dan biarkan kata-kata doa mengalir dari hati. Ketenangan pikiran dan hati sangat penting saat mengajukan permohonan ini.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Yang perlu diingat, sebelum kita berdoa, ada baiknya untuk mengambil waktu sejenak. Tenangkan pikiran, tarik napas dalam-dalam, dan niatkan dengan sepenuh hati. Setelah selesai, bersyukurlah. Kita mungkin tidak langsung mendapatkan jawaban, tetapi ketahuilah bahwa setiap doa tidak akan sia-sia. Semua itu adalah proses penghalusan jiwa yang mengajak kita lebih dekat kepada-Nya.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Doa bukan hanya sekadar kata-kata yang kita ucapkan, tetapi keinginan kita untuk berbagi beban dengan Sang Pencipta. Dalam setiap kata, ada pengharapan. Saat tubuh kita merasa lelah, jiwa kita berserah, dan saat itulah kita menemukan kekuatan yang sejati.
Mama, di mana pun dan kapan pun, semangatmu akan selalu menjadi cahaya dalam hidupku. Ketika saya berdoa, saya percaya bahwa kita sedang berinteraksi dengan sesuatu yang jauh lebih besar. Semoga kita bisa selalu merangkul harapan dan cinta, terus berdoa, dan mendukung satu sama lain dalam setiap cobaan.

