Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati yang sedang ramai sendiri. Ada kalanya kita dihadapkan pada situasi yang membuat kita merasa rapuh, seperti saat menjalani operasi. Saat itulah doa menjadi penopang utama, bukan hanya untuk kesembuhan fisik, tetapi juga untuk menenangkan jiwa yang gelisah.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Menghadapi momen-momen sulit dalam hidup, terutama ketika harus menjalani operasi, bisa menguak beragam emosi. Saya ingat saat saya harus menjalani operasi kecil. Hanya memikirkan tentang apa yang akan terjadi sudah membuat saya merasa cemas. Semua pikiran negatif seperti “Bagaimana jika operasi ini gagal?”, atau “Bagaimana kalau ada komplikasi?” bergulir di kepala. Dalam suasana hati seperti itu, saya merasakan seakan-akan saya hanyalah setitik debu dalam ruang yang sangat luas — sendirian, takut, dan tidak berdaya.
Di sinilah doa menjadi sebuah pelukan hangat yang menenangkan. Saat kita menyerahkan semua kekhawatiran kita kepada Tuhan, kita seolah diberi kekuatan untuk menghadapi apa pun yang akan datang. Doa menjadi pengingat bahwa kita tidak sendirian, dan ada kekuatan yang lebih besar yang menjaga kita. Melalui doa, harapan bisa kembali tumbuh, bahkan di antara rasa sakit yang tak terelakkan.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Satu pengalaman mendalam yang saya ingat adalah ketika sahabat saya, Dika, harus menjalani operasi jantung. Sebelum operasi, dia sangat gelisah. Suatu malam, dia menelepon saya dan mengungkapkan semua ketakutannya. Dia merasa lemah dan tak berdaya. Di saat itu, saya berusaha mengingatkan dia tentang pentingnya berdoa. Kita duduk bersama, dan saya membawanya dalam sebuah doa. Meski saya tidak bisa merasakannya secara langsung, saat itu kami seolah mengalir dalam satu irama.
Setelah operasi, Dika bercerita bahwa saat dia dalam keadaan tidak sadar, dia merasa seolah datang ke tempat yang penuh cahaya, di mana dia merasa aman. Saat terbangun, dia merasa berbeda, seolah ada yang menjaganya. Dia percaya bahwa doa-doa yang dipanjatkan oleh keluarga dan teman-temanlah yang membantu menguatkannya. Dia menjelaskannya dengan kalimat sederhana namun kuat, “Doa itu adalah penyambung rasa kepada Sang Pencipta.”
Beruntung, Dika sekarang sudah pulih dan bisa kembali menjalani hidupnya dengan penuh semangat. Baginya, pengalaman itu bukan hanya tentang fisik yang sembuh, tetapi juga tentang jiwanya yang menemukan kembali harapan.
Lafal Doa dan Maknanya
Salah satu doa yang sering saya panjatkan setelah operasi, sekaligus menjadi harapan bagi banyak orang adalah:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَاسَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
(Latin: Allahumma rabban-nas, adhhib al-basa, shifa’an la yughadiru saqama)
(Terjemahan: “Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, tiada penyakit yang tersisa.”)
Penjelasan Makna Doa
Setiap lafaz dalam doa tersebut memiliki makna yang dalam. “Ya Allah, Tuhan manusia” — mengingatkan kita bahwa Allah adalah Tuhan yang memahami segala rasa sakit dan ketidakberdayaan kita. “Hapuskanlah penyakit ini” — adalah ungkapan harapan dan kerinduan untuk kembali sepenuhnya sehat. “Sembuhkanlah, tiada penyakit yang tersisa” — merupakan harapan agar tidak ada bekas rasa sakit yang tersisa, baik fisik maupun emosional. Ini adalah seruan tulus dari hati yang ingin kembali ke kehidupan normal.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Setiap orang mungkin memiliki momen dan waktu yang berbeda untuk berdoa, tetapi ada beberapa saat yang bisa sangat ampuh. Misalnya, setelah bangun pagi, saat kita merasa jiwa masih segar, adalah waktu yang baik untuk memanjatkan doa. Atau sebelum tidur, ketika segala kepenatan hari itu mulai menghilang, bisa menjadi saat paling tepat untuk berdoa.
Ada juga momen di mana kita merasa kesepian atau tidak berdaya, dan saat itulah kita lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketika perasaan cemas menyelimuti, cobalah untuk sejenak menarik napas dalam-dalam dan berdoa, rendahkan hati kita, dan serahkan segalanya kepada-Nya.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, saya selalu berusaha untuk tenang. Menarik napas dalam-dalam, memberi waktu pada diri sendiri untuk merasa, dan menyiapkan pikiran dan hati. Tidak ada salahnya untuk berdiam sejenak, merasakan kedamaian sebelum mengucapkan doa. Niatkan dengan khusyuk, karena itu adalah kunci agar doa kita terasa lebih tulus.
Setelah membaca doa, gunakan waktu sejenak untuk merasa syukur. Ingatlah semua yang telah kita lalui, dan percaya bahwa setiap perjuangan pasti akan membuahkan hasil. Menggenggam kebersyukuran ini dapat menghadirkan rasa damai yang mendalam.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Kita mungkin menemui jalan terjal dengan berbagai rintangan, tetapi ingatlah, bahwa di balik semua itu ada harapan dan kekuatan yang tak terputus.
Berdoa bukan hanya sekedar ritual, tetapi merupakan jembatan yang menghubungkan hati kita dengan Sang Pencipta. Dalam setiap detik yang kita jalani, yakinkan diri kita bahwa tidak ada yang mustahil jika kita menyerahkannya kepada-Nya. Mari kita letakkan beban di hadapan-Nya, dan percayalah bahwa kesembuhan itu akan datang, baik dalam bentuk fisik maupun dalam kedamaian jiwa.

