Kadang, kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Apalagi menjelang bulan Ramadan seperti sekarang. Kesibukan mempersiapkan segala hal, dari menu sahur hingga buka puasa, sering kali membuat kita lupa untuk merenung sejenak dan mengingat apa yang sebenarnya penting. Salah satunya adalah doa buka puasa mutih pengantin, yang memiliki makna mendalam bagi kita yang menjalani hari-hari penuh harapan dan mimpi.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Saya teringat saat-saat ketika sedang menghadapi masa-masa yang penuh ketidakpastian. Satu hari, saya duduk sendirian di teras rumah, melihat langit yang mulai gelap. Suara tadarus dari tetangga terdengar menenangkan, sementara hati saya terbeban akan banyak hal. Dalam kesunyian itu, saya merasa terasing meski dikelilingi orang-orang yang peduli. Itu adalah saat-saat ketika saya jelas merasa perlu memanjatkan doa.
Doa buka puasa mutih pengantin seakan menjadi pelarian, pengingat bahwa setiap detik yang berlalu selama Ramadan adalah kesempatan untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Dalam tradisi kita, doa ini dianggap sangat penting, terutama bagi pasangan yang akan menikah. Ini adalah pengharapan yang dituangkan melalui lisan, menyampaikan segala hal yang ada dalam hati.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Suatu ketika, ketika sahabat saya akan menikah, dia membagikan pengalaman berdoa buka puasa mutih pengantin. Dia mengisahkan bagaimana suasana itu mengubahnya. Ketika dia dan pasangannya duduk merangkai doa sebelum berbuka puasa, ada momen kesunyian yang menyentuh. Mereka saling mendengarkan harapan dan impian. “Entah kenapa, saat itu aku merasa semua beban yang kupikul mulai terangkat,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Dia juga menambahkan, “Rasa tenang itulah yang membuat hari-hari menjelang pernikahan terasa lebih bermakna. Doa itu adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian dalam menjalani perjalanan ini.” Melalui kisahnya, saya jadi menyadari bahwa doa bukan hanya sebuah rutinitas, tetapi juga cara untuk menjalin keintiman dengan pasangan serta saling menguatkan.
Lafal Doa dan Maknanya
Adapun lafaz doa buka puasa mutih pengantin adalah sebagai berikut:
Doa Dalam Bahasa Arab
اَللّهُمَّ إِنّي أَرْغَبُ إِلَيْكَ فِي يَوْمِي هَذَا، وَاعْتَصِمُ بِكِ قُدُمًا وَأَسْتَعِينُكَ عَلَى مَا أَحَاطَ بِي، وَأَجِدُ فِي كُلّ شَيْءٍ إِلَّا أَنگِرَحَتِي.
Versi Latin
Allahumma inni arghabu ilayka fi yawmi hadha, wa a’tasimu bika quduman wa astainuka ala ma ahata bi, wa ajidu fi kulli shay’in illaa angiruhati.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia
“Ya Allah, pada hari ini aku memohon kepada-Mu, aku bergantung kepada-Mu. Berikanlah aku pertolongan dalam semua yang mengelilingiku, dan temukanlah aku dalam segala sesuatu, kecuali dalam kemarahanku.”
Penjelasan Makna Doa
Ketika kita mendoakan pengharapan dan permohonan dalam doa ini, sebenarnya kita sedang menuangkan ketulusan hati. Isinya tidak hanya sekadar permintaan, tetapi juga pengakuan akan kelemahan kita sebagai manusia. Setiap kata dalam doa ini mengingatkan kita bahwa kita tidak sendiri. Ada tali yang menghubungkan kita dengan Yang Maha Kuasa, dan bahwa pengharapan itu layak kita jalani bersama dengan penuh keyakinan.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Kita mungkin bertanya-tanya, kapan sih momen terbaik untuk membaca doa ini? Saya pribadi percaya bahwa saat berbuka puasa, ketika aroma makanan tiba-tiba memenuhi ruangan, adalah saat yang sangat tepat. Dalam kondisi hati yang tenang, perut yang lapar, dan suasana hangat keluarga, saat-saat itu menjadi momen yang sakral.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, penting untuk menenangkan diri sejenak. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan. Niatkan hati untuk berbicara langsung kepada Allah dengan tulus. Setelah selesai berdoa, sedikit merenung sejenak bisa sangat berarti. Ini bukan hanya tentang membacakan lafaz, tetapi juga merasakan kedekatan hati dengan Sang Pencipta.
Pikirkan tentang apa yang telah kita lalui di sepanjang hari. Kapan kita merasa bersyukur? Kapan hati kita terluka? Dengan mengingat kembali momen-momen itu, kita kembali mengisi jiwa dengan harapan.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Dalam setiap kesempatan berbuka puasa, kita diingatkan untuk meletakkan beban yang kita bawa. Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Setiap kali kita mendoakan cita-cita, kita sedang mengajak Allah dalam perjalanan itu.
Semoga kita selalu dapat menemukan ketentraman melalui doa ini, menjadi penguat bagi diri kita dan pasangan, serta menjadikan Ramadan kali ini penuh dengan keberkahan dan harapan.



