Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Membicarakan puasa, berbuka, dan terutama doa berbuka puasa tarwiyah, rasanya seperti menjalani perjalanan emosi yang mendalam. Setiap tahun saat Ramadan tiba, ada harapan baru, kesegaran di dalam jiwa. Namun, juga ada beban yang terasa lebih berat. Ketika waktu berbuka puasa tiba, saya merasakan hubungan yang lebih dekat dengan-Nya, dan itulah saat sangat istimewa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Setiap kali menjelang berbuka puasa, saya merasakan kerinduan yang mendalam. Dulu, ketika masih kecil, berbuka puasa adalah waktu yang dinanti-nanti. Semua perhatian berkisar pada makanan—kapan hidangan muncul, dan bagaimana rasanya. Namun seiring berjalannya waktu, saya mulai menyadari bahwa berbuka bukan sekadar soal makanan, tapi juga tentang momen untuk bersyukur dan mengingat kembali apa yang kita jalani selama seharian penuh.
Ketika saya melewati masa-masa sulit, seperti kegagalan dalam hidup atau kehilangan yang menyayat hati, saya sering merasa terasing. Di momen-momen itulah, ketika doa dibaca, saya merasa kembali terhubung ke jalan yang benar. Doa berbuka puasa tarwiyah adalah pengingat bahwa di tengah kesulitan dan ketidaktentuan hidup, kita selalu punya tempat untuk kembali.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Hari itu, pekerjaan menumpuk dan kaki rasanya berat melangkah. Ketika mendengarkan azan maghrib, ada getaran di dalam hati. Saya mulai menyiapkan air dan sedikit makanan, sambil merasakan haruman takjil dari tetangga yang memenuhi udara. Namun, alih-alih merayakan setelah hari yang melelahkan, saya merasa terhibur ketika mengangkat tangan untuk berdoa.
Saya ingat betul saat itu—mata saya tertutup, telinga mendengar suara azan, namun hati saya berbicara dalam keheningan. Mengucapkan doa berbuka puasa tarwiyah seakan membawa saya ke dimensi lain, mengingat kembali semua nikmat yang telah diberikan, bahkan di tengah kesedihan. Rasanya seperti mencurahkan semua isi hati, melupakan beban sejenak, dan berserah.
Lafal Doa dan Maknanya
Berbicara tentang lafaz doa, berikut ini adalah doa berbuka puasa tarwiyah yang sering saya ucapkan:
Dalam Bahasa Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَفْطَرْتُ عَلَى رِزْقِكَ الَّذِي رَزَقْتَنِي
Versi Latin:
Allahumma inni Aftaartu ‘ala rizqika allazi razaqtani.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, kepada-Mu aku berbuka puasa dengan rezeki yang Engkau berikan kepadaku.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini sederhana, namun dalam kesederhanaannya terdapat makna yang dalam. Ketika saya mengucapkan lafaz ini, saya merasa seolah-olah berbagi dengan Tuhan semua yang saya rasakan. Doa ini mengingatkan kita bahwa setiap rezeki yang kita nikmati adalah anugerah dari-Nya. Dalam kesibukan sehari-hari, kita sering kali lupa untuk mensyukuri, tapi saat inilah, saat berbuka, kita diberikan kesempatan untuk merenung.
Ketika terucap “Ya Allah,” saya merasakan ada sebuah kerinduan, sebuah pengakuan bahwa saya tidak sendiri. Dan ketika menyebut “rizkimu,” kesadaran datang—bahwa setiap butir makanan yang saya santap, setiap tetes air yang melegakan, adalah bentuk kasih sayang-Nya yang selalu ada.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu berbuka puasa adalah momen yang begitu spesial. Mulai dari suara azan yang menggema, momen itu seakan mengundang kita untuk berhenti sejenak. Dalam suasana damai dan penuh harapan, saat-saat ini adalah waktu terbaik untuk mengingat doa tersebut.
Namun, ada kalanya situasi tidak selalu tenang. Kita mungkin berada dalam keramaian, atau sedang dalam perjalanan. Di sinilah pentingnya menyesuaikan hati kita. Waktu paling ideal adalah ketika kita sudah siap, ketika makanan sudah di depan kita, dan hati kita dalam keadaan tenang. Dalam kesibukan itu, ambil waktu sejenak. Hiruplah dalam-dalam, dengarkan suara hati, baru ucapkan doa sebagai pengantar berbuka.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Adab sebelum membaca doa sangat penting. Sebaiknya, tenangkan hati dan pikiran. Saya biasanya menarik napas dalam-dalam dan mengingat kembali semua yang telah saya jalani hari itu—baik dan buruk. Setelah itu, baru mulai dengan niat yang tulus. Jika ada keraguan atau kesedihan, katakan dalam hati bahwa ini semua bagian dari usaha, bagaimana kita berjuang dan berserah kepada-Nya.
Selesai berbuka, biasanya saya mencoba untuk jangan langsung bahagia dengan makanan. Saya lebih suka menikmati kesunyian sejenak, merenung dan bersyukur atas setiap hal kecil. Tidak hanya sekadar memasukkan makanan ke mulut, tapi lebih pada rasa syukur yang mendalam.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Dalam setiap ritual berbuka, ingatlah: kita sedang diberi kesempatan untuk memulai kembali. Dalam satu momen, saat kita membuat doa ini datang dari hati, kita bisa meletakkan semua beban pikiran dan merasakan ketenangan.
Menutup hari dengan berbuka puasa dan berdoa adalah saat yang sempurna untuk merefleksikan hidup. Dan dalam hati yang penuh syukur, kita dapat melangkah lebih jauh dengan harapan baru di hari-hari yang akan datang. Berbuka dengan doa bukan hanya ritual, tapi adalah pengingat bagi kita untuk terus bersyukur, terlepas dari segala kesulitan. Mari kita terus mengingat hakikat berbagi kebahagiaan, dan mengajak sahabat-sahabat kita untuk merasakan momen berharga ini bersama.
