Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Di tengah kesibukan sehari-hari, saat berlari mengejar ibadah dan urusan dunia, kita sering kali lupa untuk merenung. Salah satu momen yang penuh keistimewaan adalah saat berbuka puasa, khususnya di Hari Arafah. Kita berada di ambang waktu yang sakral, di mana doa-doa kita menjadi lebih mudah diterima oleh-Nya.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Hari Arafah, yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah, memiliki makna mendalam bagi umat Islam. bagi kita yang tidak pergi haji, puasa sunat Arafah adalah cara untuk memetik keberkahan hari ini. Menyaksikan saudara-saudara kita yang sedang beribadah di Tanah Suci, membuat saya merenung. Dalam kesunyian, saya merasa seolah Allah meminta kita untuk kembali ke pangkuan-Nya. Ada harapan, ada pengampunan, dan yang terpenting, ada harapan untuk memperbaiki diri.
Suatu ketika, di Hari Arafah tahun lalu, saya berkesempatan untuk merasakan keistimewaan ini secara langsung. Saya berada di tengah keluarga, semua dalam suasana hening, sambil menunggu waktu berbuka. Kami bercerita, tetapi di tengah percakapan itu, saya merasa ada sesuatu yang lebih dalam. Kegelisahan yang tidak terucapkan, beban yang tidak terlihat, semuanya terasa sangat nyata saat itu. Saat berbuka, setiap tegukan air seakan menyentuh jiwa. Kenangan itu mengingatkan kita bahwa berbuka puasa bukan hanya sekadar ritual.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Merasa terasing, jiwa ini butuh pengharapan. Saat maghrib tiba, suara adzan menggema, dan hati saya pun terbangun dari lamunan. Dalam hati, saya merenungkan bagaimana sebenarnya hubungan kita dengan Allah Swt.
Saya mengingat sosok seorang teman, yang bercerita tentang pengalamannya di Hari Arafah yang lalu. Dia berpuasa, dan menjelang berbuka, dia memasak hidangan sederhana, hanya nasi dan sayur. Namun yang membuatnya merasa berharga adalah saat dia mengangkat tangan dan berdoa. “Ya Allah, aku datang dengan harapan penuh,” ujarnya sambil menahan air mata. Itu adalah momen yang tidak akan pernah dia lupakan. Ia merasa seakan seluruh alam mendukung doanya. Keberkahan hari ini seolah mengalir begitu deras, dan saat berbuka semua beban pun terasa lenyap.
Lafal Doa dan Maknanya
Berbicara tentang doa, kita sering kali ingin tahu lafaz yang tepat agar doa kita bisa diterima. Doa berbuka puasa sunat Arafah sangatlah indah.
Lafal Doa dalam Bahasa Arab
اللّهُمَّ إِنِّي لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ
Versi Latin
Allahumma inni laka sumtu wa ‘ala rizqika-aftartu.
Terjemahan ke Bahasa Indonesia
“Ya Allah, kepada-Mu aku berpuasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka.”
Penjelasan Makna Doa
Doa tersebut sangat mendalam. Saat melafazkannya, kita tidak hanya menyatakan bahwa kita berpuasa untuk Allah, tetapi kita juga mengakui bahwa setiap rezeki yang kita terima adalah karunia-Nya. Di momen ketika kita berbuka, kita menyerahkan segala rasa syukur atas apa yang telah diberikan-Nya. Ada rasa syukur yang tak terhingga, dan saat itu, kita dituntut untuk menyadari posisi kita sebagai hamba-Nya.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Saat kita menyambut waktu berbuka puasa, hati kita seharusnya dalam kondisi yang tenang. Suasana maghrib yang kalem, biasanya dipenuhi oleh suasana hangat keluarga. Saat ini, kita punya kesempatan untuk berhenti, untuk merenung, dan untuk lebih dekat kepada-Nya. Tidak ada waktu yang lebih tepat untuk mengungkapkan harapan dan doa saat kita berbuka, seakan waktu itu terhenti dan hanya ada kita dan Dia.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum memulai, penting untuk mengambil waktu sejenak. Ambil napas dalam-dalam. Niatkan dengan khusyuk, dan serahkan semua beban yang ada di hati. Setelah membaca doa, jangan terburu-buru untuk makan. Cobalah menikmati setiap suapan. Kendalikan diri kita untuk tetap ingat bahwa ini adalah momen spesial, bukan hanya untuk mengisi perut, tetapi juga untuk mengisi jiwa.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Di momen berbuka puasa sunat Arafah ini, marilah kita merenungkan makna sebenarnya dari ibadah ini. Kembalikan semua harapan dan kerinduan kita kepada-Nya. Setiap saat yang kita miliki, setiap rasa syukur yang kita ucapkan, adalah bagian dari perjalanan kita yang tak terpisahkan. Semoga kita selalu dibimbing untuk menjadi hamba yang lebih baik.
Dalam kebisuan malam, mari kita tutup hari ini dengan keyakinan bahwa Allah mendengar setiap suara hati kita. Semoga Hari Arafah ini membawa kedamaian dan keberkahan yang kita harapkan.



