Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Menghadapi rasa lapar dan dahaga seharian di bulan Ramadan, selalu ada momen-momen ketika kita merasa lebih dekat dengan yang Maha Kuasa. Di situlah, doa berbuka puasa menjadi bagian penting dari perjalanan spiritual kita. Dalam tradisi Nahdlatul Ulama, doa ini bukan sekadar ritual, tapi ungkapan syukur yang mendalam.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Berbuka puasa, bagi saya, bukan hanya tentang menyantap makanan setelah berhari-hari menahan lapar dan dahaga. Ada keintiman di sana, saat kita mengangkat tangan, menutup mata, dan mengingat kembali segala yang telah dilalui. Setelah seharian berjuang menghadapi hawa nafsu yang membara, momen berbuka adalah saat untuk meresapi semua pengorbanan itu. Ketika suara adzan berkumandang, ada rasa haru yang mengalir. Seakan setiap tetes air dan suapan makanan adalah hadiah dari Tuhan.
Saya teringat momen berbuka puasa di sebuah masjid kecil di kampung. Suasana penuh kehangatan, ada aroma takjil yang menggoda, dan wajah-wajah ceria menunggu saat-saat spesial itu. Setiap kali saya mendengar doa dibaca, hati ini seakan disiram air kebahagiaan. Ini bukan hanya tentang fisik yang terpuaskan, tetapi jiwa yang diisi dengan rasa syukur. Dalam tradisi Nahdlatul Ulama, doa saat berbuka menjadi simbol kebersamaan serta harapan.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja. Semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Lelah dengan rutinitas harian, saya merindukan saat-saat sederhana ketika keluarga berkumpul untuk berbuka bersama. Ada rasa kangen yang menggelitik hati. Saya pun ingat bagaimana ibu selalu mengingatkan untuk berdoa sebelum makan.
Begitu suara adzan maghrib berkumandang, saya berlari mengejar momen sederhana itu tetapi berharga. Saya menemukan diri saya di meja makan, dikelilingi oleh keluarga, sambil mengingat kembali kenangan akan doa ibu. Suasana itu semakin magis ketika kami bersama-sama mengucapkan doa berbuka puasa. Di sanalah, saya merasakan kedekatan bukan hanya dengan keluarga, juga dengan Sang Pencipta.
Momen-momen ini mengajarkan bahwa doa berbuka bukanlah rutinitas, melainkan jembatan hati yang menghubungkan kita dengan Allah dan orang-orang terkasih. Dalam setiap lafaz doa, saya merasakan kehangatan dan kedamaian yang tak tertandingi.
Lafal Doa dan Maknanya
Doa berbuka puasa ala Nahdlatul Ulama yang sering kami bacakan adalah sebagai berikut:
Lafadz Doa dalam Bahasa Arab
اَللّهُمَّ إِنِّي أَجْتَهِدُ لَكَ إِلَى سُحُورِي.
Versi Latin
“Allahumma inni as’aluka birahmatika al-lati wasi’at kulla syai’in.”
Terjemahan ke Bahasa Indonesia
“Ya Allah, aku berharap dengan rahmat-Mu yang mencakup segala sesuatu.”
Penjelasan Makna Doa
Makna dari doa ini sangat dalam. Mengingat kembali saat-saat berbuka, ada kerinduan untuk merasakan rahmat Allah yang melimpah. Saat mengucapkannya, seolah semua beban yang kita pikul sehari-hari mulai menguap. Doa ini menggambarkan harapan kita agar dilimpahi berkah dan kasih sayang dari-Nya. Ketika ucapan itu terucap, ada rasa lega mendalam. Kita mengakui ketidakberdayaan kita dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah, berharap agar Dia mengampuni dan memberkahi perjalanan kita.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Ketika kita berbuka puasa, waktu itu sangat sakral. Rasa lapar dan dahaga telah menanti untuk dipuaskan, namun tidak ada yang lebih berharga daripada saat-saat tenang menjelang berbuka. Menyadari apa yang telah kita lakukan sepanjang hari dan bersyukur atas kesempatan itu, kita bisa membaca doa ini dengan sepenuh hati.
Waktu yang tepat, tentu saja, adalah ketika adzan maghrib berkumandang. Tetapi, jika kita merasakan beban yang mengganggu pikiran, tak ada salahnya untuk menyiapkan hati dan pikiran sebelum berbuka. Saat berbuka bersama, kondisi hati harus dalam keadaan siap menyambut rahmat yang bakal diberikan.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, penting untuk menenangkan diri. Santai sejenak, tarik napas dalam-dalam, dan niatkan. Persiapkan hati agar doa yang diucapkan mengalir tulus dan penuh makna. Setelah membaca doa, jangan terburu-buru. Luangkan waktu untuk merenungkan arti dari doa tersebut dan bagaimana kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lupakan, bersyukur setelah kita berbuka juga merupakan bagian tak terpisahkan dari doa dan rasa syukur kita kepada Tuhan.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Saat berbuka puasa, biarkan setiap suapan makanan menjadi pengingat untuk kembali ke jalan yang benar. Dalam setiap bulir nasi dan sesapan air, ada harapan baru untuk menyambut hari esok.
Dengan doa berbuka puasa dari Nahdlatul Ulama, saya belajar bahwa setiap momen adalah berharga dan bahwa seberat apa pun beban yang kita rasa, kita selalu bisa menemukan ketenangan dalam berbagi dan berdoa. Mari kita pastikan agar setiap doa ini bukan sekadar ritual, tetapi menjadi bagian dari perjalanan spiritual yang memperkuat ikatan kita dengan Sang Pencipta dan dengan sesama manusia.


