Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Bulan Ramadan, dengan kesucian dan keindahannya, sering kali menjadi momen refleksi bagi banyak orang. Di tengah kesibukan yang menghampiri, ada saat-saat ketika berbuka puasa menjadi lebih dari sekadar menunggu waktu adzan—itu adalah momen di mana kita menjalin kembali koneksi dengan diri sendiri dan Sang Pencipta.
Saya masih ingat, saat-saat menjelang berbuka, bagaimana aroma nasi goreng buatan ibu menciptakan nostalgia dan membangkitkan kenangan indah masa kecil. Namun, di antara keramaian suara riuh, ada satu hal yang lebih ketika bisa menyentuh hati—doa berbuka puasa.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Setiap kali datang momen berbuka, ada perasaan haru yang ikut mewarnai. Sebagai seorang manusia, ada saat-saat di mana kita merasa lelah dan kosong. Terlebih di bulan Ramadan, dengan raga yang sudah teruji, doa berbuka puasa menjadi jembatan antara fisik dan spiritual. Kenapa? Karena saat itu, kita diingatkan bahwa kesabaran kita selama seharian ini memiliki makna yang lebih dalam.
Di satu sisi, menahan lapar adalah tentang pengendalian diri, tetapi di sisi lain, itu juga tentang belajar untuk bersyukur. Yah, kadang kita lupa betapa banyaknya nikmat yang Allah berikan. Dengan berdoa sebelum berbuka, kita mengingat bahwa segala sesuatu yang kita nikmati ini adalah karunia.
Saya teringat waktu itu, saat bulan puasa dengan teman-teman di masjid. Kami menyiapkan hidangan berbuka bersama. Ada yang membawa kue, ada pula yang membawa es buah. Semua berkumpul, tertawa, dan momen itu terasa begitu berharga. Tapi sebelum menyentuh makanan, ada satu hal yang tak boleh kami lewatkan—doa. Saat semua suara terdiam untuk sejenak, itu adalah momen yang selalu menyentuh hati.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Bulan Ramadan ini memberikan banyak pelajaran berharga, salah satunya adalah bahwa doa itu menjadi cara kita berkomunikasi dengan Allah. Ketika berbuka puasa, hal itu memberi kesempatan untuk kita menggugah hati dan merendahkan diri.
Suatu hari, saya mendapatkan pesan dari seorang teman yang mengalami masa sulit, keluarga yang terpisah akibat masalah, dan hidup yang seakan tak terarah. Dia bilang, “Saya tidak tahu harus berdoa apa.” Mendengar itu, saya teringat doa yang sering kita ucapkan ketika berbuka. Atau bahkan, saat kita hanya merasa kehilangan arah, tidak ada salahnya untuk kembali ke doa yang sederhana dan tulus.
Dan begitulah kisahnya. Doa berbuka puasa ini tidak hanya tentang menyantap makanan, tetapi juga tentang melepaskan beban dan mengatasi kesedihan. Waktu berbuka adalah waktu yang indah untuk melepas segala kegundahan kita dengan satu kalimat yang penuh makna.
Lafal Doa dan Maknanya
Ketika berbuka puasa, kita sering mengucapkan:
“Allahumma inni laka sumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizq-ika-aftartu.”
Latinnya:
“Allāhumma innī laka sumtū wa bika ʾāmantū wa ʿalā rizq-ika-aftartū.”
Terjemahan ke bahasa Indonesia:
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, dan dengan-Mu aku beriman, dan pada rezeki-Mu aku berbuka.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini mengingatkan kita untuk memusatkan kembali niat. Ya, puasa bukan hanya sekadar menahan lapar, tetapi juga menguatkan iman kita. Ketika kita menyebut nama Allah dan mengucapkan doa ini, ada ruh yang mengalir, seolah kita mengingat kembali betapa pentingnya ketergantungan kita kepada-Nya. Dengan mengucapkan doa ini, kita menyadari bahwa semuanya berasal dari-Nya, termasuk rezeki yang kita terima.
Makna terseram dari doa ini adalah bahwa kita mengakui kelemahan kita sebagai manusia. Kita butuh Allah dalam segala hal—dari menahan lapar pada siang hari hingga saat berbuka. Dengan demikian, doa ini adalah pengingat yang indah sekaligus permohonan untuk tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga batin.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Berbuka puasa seharusnya bukan hanya sekadar ritual. Saat-saat sebelum adzan maghrib adalah waktu yang paling tepat untuk membaca doa ini. Mengisi hati kita dengan ketenangan adalah hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu. Di saat itulah kita bisa meresapi makna doa. Ketika menunggu adzan, ambil waktu sejenak. Tenangkan pikiran, sambil menunggu saat yang ditunggu-tunggu ini.
Sikap hati yang penuh harap dan rasa syukur menjadi kunci. Di antara kesibukan kita, ada baiknya lemparkan semua kegundahan—serahkan semuanya kepada Allah dan rasakan betapa ringan beban itu.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, ambil waktu sejenak untuk menarik napas. Rasakan setiap detak jantung yang bergantung pada keridhaan Allah. Niatkan doa ini dengan khusyuk, bukan sekadar ucapan. Setelah selesai, bisa sedikit merenung, berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kita, dan rasakan kehadiran Allah dalam setiap langkah.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Menghadirkan rasa syukur dalam setiap momen berbuka menjadi cara kita untuk menghayati Ramadan. Mari kita jaga doa berbuka ini dalam hati, ambil manfaat yang lebih dari sekadar mengisi perut—tetapi mengisi jiwa kita dengan kedamaian.
Semoga puasa kita diterima dan kita selalu ingat untuk berdoa. Doa akan menjadi pengikat antara kita dan Sang Pencipta, dalam perjalanan hidup ini. Mari bersama-sama merasakan keindahan Ramadan dan setiap doa yang kita ucapkan.



