Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Setiap tahun, saat bulan Ramadan tiba, saya merasakan sesuatu yang mendalam. Bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang refleksi dan ketenangan jiwa. Di sinilah, saat menjelang waktu berbuka puasa, saya menemukan momen berharga untuk berbicara dengan Tuhan melalui doa, terutama doa berbuka puasa yang terkenal: Dzahaba Dzomaʼu.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Kita sering kali terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Berita politik, masalah pekerjaan, hubungan yang rumit — semuanya bisa menjadi beban emosional yang berat. Saya ingat suatu ketika, tengah menanti waktu berbuka puasa setelah seharian berpuasa, pikiran saya melayang ke berbagai hal: pekerjaan yang menumpuk, keluarga yang butuh perhatian, dan impian yang tampaknya semakin jauh.
Saat itu, saya menyesap secangkir air, merefleksikan betapa berartinya setiap butir nasi dan setetes air yang saya perlukan. Dalam kesendirian, saat azan Maghrib berkumandang, hati saya terasa lebih ringan ketika mengucapkan doa berbuka puasa. Rasa syukur memenuhi ruang dalam diri, mengingat bahwa setiap hari kita diberikan kesempatan baru dan kekuatan untuk menjalani hidup.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tetapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Dalam momen-momen seperti itu, saat Ramadan tiba, saya sering kali teringat akan momen berbuka puasa. Teman-teman saya yang berbagi pengalaman serupa, sering bercerita tentang bagaimana mereka merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta saat menunggu waktu berbuka.
Salah satu teman saya pernah bercerita, “Saya merasakan seolah-olah semua doa yang terpendam selama sehari penuh akan terungkap saat berbuka. Terlebih saat mengucapkan ‘Dzahaba Dzomaʼu’, rasanya semua beban itu turut menghilang.” Teman saya ini, yang telah lama menunggu momen berbuka sambil menyimpan harapan dan impian, merasa terhubung dengan lebih dalam pada Tuhan. Saya pun merasakan hal yang sama.
Lafal Doa dan Maknanya
Saat berbuka puasa, sering kali kita mendengar doa ini:
Dalam bahasa Arab:
ذَهَبَ الظَّمأُ وَابْتَلَّتِ الْعُروقُ وَثَبَتَ الأَجرُ إن شَاءَ اللهُ
Versi latin:
Dhahaba dzhoma’u wabtallati ‘uruuqu wa tsabata al-ajru insya Allah
Terjemahan ke bahasa Indonesia:
“Telah hilang rasa haus, pembuluh-pembuluh mengalir (dengan) air dan pahala akan tetap, insya Allah.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini membawa makna yang dalam. Saat membacanya, kita seakan mengikhlaskan semua rasa haus dan lapar yang kita rasakan selama berpuasa sepanjang hari. Ini adalah saat di mana tubuh dan jiwa seolah dipulihkan. Pendekatan kita kepada Tuhan terasa lebih intim, dan kita siap untuk menyambut kembali nikmat yang Dia berikan. Ketika mengucapkannya dengan tulus, ada kelegaan yang muncul, seakan kita melepaskan semua beban yang mengganggu.
Rasa syukur ini mengingatkan saya pada salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang menyebutkan tentang betapa pentingnya bersyukur: “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?” (Q.S. Ar-Rahman). Setiap momen berbuka puasa adalah penegasan bahwa kita diberkahi, dan doa ini adalah wujud ketulusan hati kita.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu berbuka puasa adalah saat yang sangat istimewa. Biasanya, saat menjelang azan Maghrib, kita sudah mulai merasakan getaran dalam hati, merasa tak sabar untuk menikmati hidangan setelah seharian berpuasa. Namun, lebih dari itu, saat hati tenang dan pikiran bersih, kita bisa mendekatkan diri lebih baik kepada Sang Pencipta.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, sebaiknya kita menemukan momen tenang. Tarik napas dalam-dalam, pejamkan mata sejenak, dan niatkan hati untuk berbuka dengan khusyuk. Begitu azan Maghrib berkumandang, sampaikan doa ini dengan sepenuh pribadi.
Setelah membaca doa, ambilah waktu sejenak untuk bersyukur atas nikmat yang kita terima, momen untuk berbagi dan mendoakan orang-orang terdekat. Kita bisa berbuka bersama keluarga, saling berbagi makanan dan cerita, menciptakan suasana yang penuh kebahagiaan.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Setiap momen berbuka puasa adalah kesempatan untuk menata kembali pikiran, membangun harapan-harapan baru, dan melepas semua yang tidak perlu. Mari kita sambut indahnya Ramadan dengan hati yang lapang, berdoa, dan bersyukur.
Saat berbuka tiba, ingatlah, doa berkesan bukan hanya tentang kata-kata yang kita ucapkan tetapi juga tentang bagaimana kita hidup dengan penuh syukur setelahnya. Sebutlah nama-Nya, sebarkan kasih sayang, dan tenangkan jiwa saat menanti hidangan. Karena setiap suapan yang kita ambil, adalah simbol dari pengharapan dan ucapan syukur kita kepada-Nya.
Jadi, mari kita renungkan, doa mana yang akan kita bawakan dalam hati?
