Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Hari itu, saya merasakan semua beban yang tertumpuk selama beberapa bulan terakhir. Ada agenda penting menanti di ujung perjalanan, tetapi di dalam hati, saya merasakan keraguan dan ketakutan. Apakah semua akan berjalan baik? Apakah saya akan kembali dengan selamat? Nah, inilah saatnya untuk kembali menghadapi kebisingan dunia dengan satu kalimat sederhana: doa bepergian udara.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Setiap kali kita melangkah ke pesawat, jujur saja, ada segelintir rasa yang bercampur baur. Tak hanya tentang keamanan fisik, tetapi juga tentang perjalanan emosional yang akan kita lalui. Terbang bukanlah sekadar memindahkan diri dari satu tempat ke tempat lain, tapi juga membawa harapan, kekhawatiran, dan doa.
Saya teringat saat pertama kali bepergian sendirian. Berada di bandara yang ramai, melihat banyak orang dari berbagai latar belakang, menciptakan rasa ketidakpastian di hati. Apa yang akan terjadi di perjalanan ini? Apakah saya akan merindukan rumah? Doa, di saat-saat tersebut, menjadi distraksi sekaligus pelindung. Rasanya seakan setiap kata yang terucap adalah pengingat bahwa Tuhan selalu mendengarkan, apapun yang terjadi.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu saya sedang duduk di ruang tunggu bandara, semua orang terlihat sibuk dengan aktivitas masing-masing. Di sisi lain, saya merasa sangat sendirian. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Kenangan tentang kegagalan, kerinduan pada keluarga, semua itu berputar di pikiran saya. Ketika pengumuman penerbangan mula-mula terdengar, saya menarik napas dalam-dalam. Sama sekali tidak siap.
Di saat itulah saya teringat akan doa bepergian. Saya melihat orang-orang di sekitar saya mulai berdoa dengan khusyu. Ada yang berbisik, ada pula yang terlihat tenang. Melihat itu, hati saya bergetar dan tergerak untuk melakukannya. Berdoa adalah pengingat bahwa bukan kita yang memegang kendali penuh akan perjalanan hidup ini. Ada Tuhan yang senantiasa menjaga. Seiring dengan lafal yang saya ucapkan, satu per satu beban mulai terasa ringan.
Lafal Doa dan Maknanya
Berikut adalah doa yang sering saya baca sebelum terbang:
Dalam Bahasa Arab:
أَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَوْدِعُكَ دِينِي وَنَفْسِي وَأَهْلِي وَمَالِي
Versi Latin:
Allahumma inni astawdi’uKa dini wa nafsi wa ahlī wa mālī.
Terjemahan Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, sesungguhnya aku menitipkan kepada-Mu agamaku, jiwaku, keluargaku, dan hartaku.”
Penjelasan Makna Doa
Apa sih sebenarnya makna di balik doa ini? Sederhana, tetapi dalam kesederhanaan itu terkandung kedalaman yang luar biasa. Doa ini adalah penyerahan total kepada Tuhan—seolah-olah kita berkata, “Ya Allah, aku tak mampu memegang semua ini sendiri. Jaga agar semua yang kukasih dan kumiliki tetap aman dalam pengawasan-Mu.”
Terkadang, kita butuh pengingat bahwa kita tidak sendirian. Doa ini adalah afirmasi kepercayaan kita kepada-Nya. Kita mengakui bahwa hidup ini penuh ketidakpastian, tetapi dengan iman, kita bisa menghadapi apa pun yang datang.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Membaca doa ini tidak harus menunggu sampai kita akan berangkat. Namun, waktu yang tepat adalah saat kita merasa gelisah atau cemas sebelum terbang. Dalam keadaan hati yang tenang, duduklah dengan nyaman, dan luangkan waktu sejenak untuk mengingat kembali cita-cita dan harapan yang ingin kita capai.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, tenangkan pikiran sejenak. Ambil napas dalam-dalam, refleksikan semua perasaan yang melintas. Buat niat dengan khusyuk, seolah-olah hanya ada kamu dan Tuhan saat itu. Setelah berdoa, jangan langsung terburu-buru berdiri. Nikmati momen hening, simpan dalam hati setiap ketenangan yang muncul. Ini adalah saat kita meletakkan beban dan menyerahkannya kepada-Nya.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan—lewat satu doa yang tulus. Perjalanan mungkin penuh dengan ketidakpastian, tetapi kita bisa melaluinya dengan ketenangan dan keikhlasan.
Dengan berdoa, kita mengubah paradigma dari beban menjadi pengharapan. Kita tidak hanya terbang secara fisik, tapi juga mengangkat jiwa kita menuju ketenangan. Mari kita iringi setiap langkah dengan doa dan harapan. Setiap perjalanan adalah kesempatan baru untuk belajar, untuk menikmati, dan untuk mencintai. Semoga kita semua selalu dilimpahi keselamatan di setiap penerbangan dan perjalanan yang kita ambil.



