Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Perjalanan yang dilalui—baik fisik maupun emosional—seringkali membawa banyak beban. Saya ingat, ketika harus berpergian ke suatu tempat baru, ada rasa cemas yang selalu menyelimuti. Selalu ada pertanyaan yang muncul: “Apakah semuanya akan baik-baik saja?” Di sinilah doa bepergian Sayyidina Ali berperan penting, membawa harapan dan ketenangan.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Berpergian tidak hanya sekadar melangkahkan kaki dari satu tempat ke tempat lain. Ia adalah sebuah perjalanan yang melibatkan totalitas diri. Saat saya pergi ke tempat-tempat baru, rasanya seperti melepas diri dari kenyataan sehari-hari, menempuh banyak hal yang tidak pasti. Apalagi saat menghadapi perjalanan jauh, aura ketidakpastian seringkali lebih menguatkan rasa campur aduk di dalam hati.
Saya pernah mengalami momen di mana saya terpaksa pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan. Suasana hatiku saat itu sangat tidak menentu. Rasa cemas terus mendampingi saya, mulai dari pemesanan tiket hingga proses packing. Di antara keraguan dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, saya teringat akan doa Sayyidina Ali. Doa ini bukan sekadar rangkaian kata, namun sebuah pengingat bahwa kita tidak sendiri dalam perjalanan ini.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Pengalaman berharga ini dimulai ketika saya sedang duduk di ruang tunggu bandara. Semua orang tampak sibuk dengan perjalanan mereka masing-masing, sementara saya merasa seperti terjebak di dalam kepanikan sendiri. Pemikiran tentang apa yang akan saya hadapi di tempat baru itu benar-benar mengganggu. Saya ingat, saat itu, seorang teman saya membagikan pengalamannya.
“Dulu, saat pertama kali saya pergi ke luar negeri, saya sangat meragukan diri sendiri. Namun, sebelum berangkat, saya membaca doa Sayyidina Ali dan itu memberi saya kekuatan luar biasa. Bahkan ketika saya tersesat di bandara, saya tahu bahwa Tuhan selalu menyertai saya,” katanya.
Kisah itu menggugah hati saya, dan seketika saya merasa keraguan yang saya rasakan tidaklah sendirian. Kita semua memiliki rasa takut dan cemas, namun melalui doa kita bisa menemukan ketenangan. Sejak saat itu, doa Sayyidina Ali menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas perjalanan saya.
Lafal Doa dan Maknanya
Kini, mari kita lihat lafaz doa ini. Dalam bahasa Arab, doa tersebut adalah:
اللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي سَفَرِي هَذَا
Dalam versi latinnya:
Allahuma inni as’aluka fi safari hadza.
Sedangkan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia:
“Ya Allah, aku mohon kepada-Mu dalam perjalanan ini…”
Penjelasan Makna Doa
Membaca doa ini bukan sekadar melafalkan kata-kata, tetapi merasakan setiap arti di dalamnya. Ketika saya mengucapkannya, saya merasakan seolah saya sedang berbicara langsung kepada-Nya. Setiap permohonan dalam doa tersebut mencerminkan harapan, mulai dari keselamatan, kemudahan, hingga ketenangan hati.
Doa ini seakan menegaskan bahwa setiap perjalanan, baik yang kita rencanakan maupun yang belum kita ketahui, selalu ada campur tangan Allah. Ketika kita memohon kepada-Nya, kita melepas semua ketakutan dan menjadi lebih berani menghadapi berbagai tantangan. Itu adalah kekuatan luar biasa yang selalu bisa kita jangkau.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Berdasarkan pengalaman saya, waktu terbaik untuk membaca doa ini adalah sebelum langkah pertama kita menjauh dari rumah. Namun, kadang-kadang suasana hati juga mempengaruhi. Ketika hati kita tenang dan penuh rasa syukur, doa ini seakan mengalir lebih mudah. Bahkan, saat bersiap-siap di dalam kendaraan atau ketika menunggu di tempat keberangkatan, membaca doa ini memberi rasa aman dan kepastian.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk merasakan khusyuk saat membaca doa ini. Pertama, cobalah untuk tenang sejenak sebelum melafalkan doa. Tarik napas dalam-dalam dan lepaskan beban pikiran yang mungkin mengejar. Niatkan dalam hati bahwa kita sedang memohon pertolongan Allah dengan tulus. Setelah selesai, rasakan ketenangan yang menyelimuti diri kita.
Saya juga biasanya meluangkan waktu sejenak setelah berdoa untuk merenungkan perjalanan saya. Hal ini membantu saya memahami betapa berharganya setiap momen, baik saat bepergian maupun saat merelakannya kepada-Nya.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan kepada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Ketika kita berdoa, kita mengizinkan diri kita untuk melepaskan beban yang tak seharusnya kita bawa. Contoh dari kisah pribadi dan pengalaman teman-teman kita mengajarkan bahwa doa bukan hanya sekadar alat, tetapi jembatan yang menghubungkan kita dengan Sang Pencipta.
Momen-momen dalam hidup memang selalu penuh tantangan. Namun, di balik tantangan itu, selalu ada harapan dan perlindungan Tuhan yang menanti untuk kita sambut. Mari kita ingat untuk selalu menyertakan doa dalam setiap langkah kita. Semoga perjalanan kita, baik yang jauh maupun dekat, senantiasa dilimpahi berkah dan keselamatan.



