Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Dalam perjalanan, terkadang kita dihadapkan pada keinginan untuk merasakan ketenangan, sekaligus rasa cemas yang menggelayuti kita. Saya teringat perjalanan darat yang baru-baru ini saya lakukan, di mana setiap detiknya membuat hati ini dipenuhi oleh pikiran-pikiran yang tak kunjung reda. Di sinilah peran doa bepergian darat menjadi sangat penting. Doa bukan hanya sekadar ritual; itu adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian.
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Tiap kali saya memulai perjalanan, ada rasa harap dan cemas bercampur aduk di dalam hati. Ibarat petualangan baru, saya selalu membayangkan berbagai skenario—mulai dari yang menyenangkan hingga yang menakutkan. Coba bayangkan, kita harus menempuh jarak ratusan kilometer, duduk di dalam mobil yang bergetar, melawan debu dan panas matahari. Semua itu membuat saya merindukan ketenangan. Saat itulah, rasa ingin berdoa muncul begitu kuat.
Di satu sisi, saya merasa kecil. Perjalanan tersebut menyadarkan saya bahwa manusia hanyalah makhluk yang rentan. Kita tidak bisa memprediksi apa pun yang akan terjadi di jalan, dari kemacetan hingga cuaca buruk. Di sisi lain, saya juga merasakan kekuatan dalam kelapangan hati dan kehadiran Tuhan di setiap langkah.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Dalam perjalanan ke pantai yang saya impikan, saya tak henti-hentinya memikirkan segala hal—pekerjaan yang belum selesai, janji temu, dan keluarga. Namun, saat melintasi jalanan berkelok dengan pemandangan indah di kiri dan kanan, sesuatu di dalam diri saya mulai bergetar.
Saya teringat sebuah momen ketika sahabat saya, Andi, bercerita sebelum perjalanannya ke Bali. Dia berkata, “Sebelum berangkat, aku selalu membaca doa bepergian. Rasanya jadi ringan, aku merasa tenang.” Saat itu, saya merasakan bahwa dalam setiap perjalanan ada cerita tak terduga, dan doa adalah jembatan antara kita dan ketidakpastian.
Ketika sore mulai menjelang dengan cahaya oranye di ufuk barat, saya mengingat perkataan Andi. Saya berhenti sejenak, berusaha menenangkan diri, dan merenung. Di tengah kesibukan lalu lintas, doa terucap dalam hati. Momen tersebut mengingatkan saya bahwa perjalanan ini adalah tentang menemukan diri kita di tengah keberadaan-Nya.
Lafal Doa dan Maknanya
Sebelum melanjutkan, penting bagi kita untuk mengetahui doa bepergian yang dapat membantu meredakan cemas, berikut ini lafalnya:
Dalam bahasa Arab:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي سَفَرِي هَذَا البَرَّ وَأَسْأَلُكَ مُوتَ نَبِيٍّ مِنَ اللَّهِ رَبِّ لوَ لَا لَا فِي قَالِهُ أَصْبَحُ غِيرَ خَيْرِ دُونَ السَّلَامَةِ وَلا غَيْرَ زَاجِرَ لَا دَائِمَتَتَ لَا إِيَا وَيَطَاحُ إِيَاكَ
Versi Latin:
“Allahuma inni asaluka fi safari hadha al-barr wa asaluka maut nabi min Allah rabbi lau laa la fi qalih asbuha ghir khair duna al-salam wa la ghir zaqir la daimati la iya watayaq.”
Terjemahan ke Bahasa Indonesia:
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dalam perjalanan ini agar aku selamat, dan semoga perjalanan ini menjadi berkah tanpa ada halangan.”
Penjelasan Makna Doa
Doa ini bukan sekadar permohonan keselamatan di tengah perjalanan. Ada makna lebih dalam di setiap lafalnya. Mengingatkan kita tentang kekuatan doa yang bisa menjadi perisai dari segala kesulitan. Ketika kita melafalkannya dengan tulus, rasanya seperti melepaskan beban berat di pundak. Kita dipandang sebagai hamba yang lemah, dan seperti tukang yang bersaksi bahwa kita bergantung kepada Tuhannya.
Adakalanya saat berdoa, kita mungkin merasa segalanya hanya sekadar ritual. Namun, ketika kita berdoa dengan tulus, kita akan menyadari bahwa itu adalah bentuk pengharapan. Kita memohon agar perjalanan kita tak hanya sekadar fisik, tetapi juga spiritually enriching.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Menyadari waktu yang tepat untuk membaca doa ini sangat penting. Bagi saya, momen-momen sebelum memulai perjalanan adalah waktu yang paling ideal. Keberangkatan pagi hari, di mana sinar mentari perlahan menyoroti jalanan yang sepi, adalah saat terbaik. Ketika hati terasa tenang dan pikiran jernih, doanya akan lebih terasa mendalam.
Penting juga untuk berdoa ketika kita mengalami kebingungan di tengah perjalanan. Misalnya, saat terpaksa berhenti di tempat yang asing atau melewati jalur yang tidak dikenal, doa ini menjadi pegangan untuk merasa tidak sendirian.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa, sebaiknya kita menenangkan diri terlebih dahulu. Tarik napas dalam-dalam, tutup mata sejenak, dan niatkan dengan khusyuk. Ketika tubuh dan pikiran mulai terasa rileks, lafalkan doa dengan penuh penghayatan.
Setelah menyelesaikan perjalanan, tidak ada salahnya untuk kembali berdoa sebagai ucapan syukur, meski dalam perjalanan tersebut tidak terjadi hal-hal luar biasa. Hanya sekadar pengakuan bahwa kita telah sampai dengan selamat sudah merupakan berkah tersendiri.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan—lewat satu doa yang tulus. Selama perjalanan, kita sering kali bertemu dengan banyak rintangan dan tantangan, baik di jalan maupun di hati. Namun yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapinya dengan keberanian dan keyakinan bahwa ada kekuatan yang selalu mendampingi kita.
Doa bepergian darat bukan hanya sekadar penanda bahwa kita ingin selamat. Lebih dari itu, itu adalah bentuk interaksi kita dengan Yang Maha Kuasa, mengingatkan kita tentang pentingnya bersyukur atas setiap langkah yang telah kita ambil. Mari, di setiap perjalanan yang kita lakukan, bukalah hati dan panjatkan doa, agar setiap perjalanan menjadi kesempatan baru untuk mendekat kepada-Nya.



