Kadang kita butuh waktu sejenak untuk berhenti. Bukan karena lelah fisik, tapi karena hati sedang ramai sendiri. Pernahkah kamu merasakan saat berhadapan dengan tumpukan tugas dan ilmu yang harus dipelajari? Rasanya seperti menatap dinding yang tertutup tulisan, dan kita tak tahu dari mana harus memulainya. Yang ada di benak hanyalah satu pertanyaan: “Bagaimana saya bisa mengatasi semua ini?” Di sinilah kekuatan doa berperan. Salah satu doa yang paling sering saya panjatkan saat belajar adalah “Robbisrohli sodri wayassirli amri.”
Kenapa Doa Ini Penting untuk Kita
Waktu itu, saya sedang duduk di ruang kerja, semua orang pulang, tapi saya belum siap. Rasanya kayak ada beban yang belum saya taruh. Laptop terbuka dengan dokumen yang menanti untuk diisi, tetapi ide-ide saya terhalang oleh gelombang kekhawatiran. Dalam situasi seperti ini, saya sering kali kembali kepada doa yang sederhana namun penuh makna ini.
Doa ini membawa ketenangan, seakan mengingatkan saya bahwa dalam kesibukan belajar, ada kekuatan yang lebih besar yang selalu mendengarkan. Seperti layaknya sahabat yang memahami kita, doa ini mengajak hati untuk lebih tenang dan terbuka. Ini bukan sekadar rangkaian kata; ini adalah ungkapan harapan dan keinginan untuk mendapatkan kemudahan dalam belajar.
Kisah Nyata di Balik Doa Ini
Bicara soal pengalaman, saya ingat suatu malam ketika saya harus mempersiapkan ujian penting. Waktu terasa mengecil; hanya tersisa beberapa jam sebelum ujian dimulai. Gelisah melanda saat saya melihat lebih banyak materi yang belum saya pahami. Teman-teman pula sudah bersemangat belajar, sementara saya hanya terbenam dalam kegalauan.
Di situlah saya ingat kembali pada doa “Robbisrohli sodri wayassirli amri.” Dalam keadaan panik itu, saya berusaha menenangkan diri. Saya duduk, menutup mata, dan melafalkan doa ini dengan penuh harapan. Dalam sekejap, perasaan berat yang saya rasakan sirna, berganti dengan semangat baru untuk melanjutkan belajar.
Saat menatap kembali buku saya, yang tadinya tampak seperti tumpukan huruf acak, secara perlahan mulai terlihat lebih jelas. Rasanya, ketenangan itu membuat pengetahuan mengalir lebih mudah ke dalam pikiran saya. Ketika akhirnya ujian itu berlalu dan hasilnya memuaskan, saya tahu doa ini telah membantu menggiring saya ke hasil yang positif.
Lafal Doa dan Maknanya
Dalam perjalanan belajar saya, saya kembali mengenang asal usul dari doa ini, yang sering dipanjatkan oleh para pelajar. Doa tersebut dalam bahasa Arab:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي
(Rabbī isyrah lī ṣadrī wayassir lī amrī)
Dalam versi latinnya, tertulis:
Robbisrohli sodri wayassirli amri
Dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia adalah:
Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku.
Penjelasan Makna Doa
Makna dari doa ini begitu dalam. Ketika kita meminta agar Allah melapangkan dada kita, itu sama dengan meminta ketenangan pikiran. Dalam suasana belajar yang tegang, kadang kita merasa terjepit oleh beban yang besar; kita butuh ruang untuk bernafas. Selain itu, dengan memohon agar urusan kita dimudahkan, kita berusaha menyerahkan setiap masalah ke dalam kekuasaan-Nya, sebuah bentuk penyerahan diri yang penuh harapan.
Doa ini mengajak kita untuk tidak merasa terjebak dan berfokus pada masalah yang tampaknya terlalu berat untuk dihadapi. Sebaliknya, ia mengingatkan kita bahwa selalu ada cahaya di ujung terowongan, asalkan kita bersedia untuk membuka hati dan pikiran kita.
Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini
Waktu terbaik untuk membaca doa ini bisa bervariasi, tergantung pada kebiasaan masing-masing. Namun, sering kali saya menemukan kenyamanan dalam melafalkannya sebelum memulai belajar, atau ketika saya merasa gelisah dengan tugas yang menumpuk.
Kondisi hati yang tepat juga penting. Jika kita berada dalam suasana tenang, setelah menyiapkan niat yang tulus, doa menjadi lebih khusyuk dan bermakna. Saat sejenak membenamkan diri dalam keheningan, kita bisa merasakan kehadiran-Nya yang memberi kita kekuatan.
Adab Sebelum dan Sesudah Membaca Doa
Sebelum membaca doa ini, ada baiknya untuk mengambil napas dalam-dalam dan menenangkan hati. Saya biasanya menyempatkan diri untuk duduk sejenak, meletakkan tangan di atas hati saya, dan merenung. Niatkan semua harapan dan usaha kita, serahkan kepada-Nya dengan sepenuh hati. Setelah selesai, ada baiknya untuk berterima kasih, baik dalam hati maupun lisan.
Penutup: Saatnya Kita Meletakkan Beban
Gak semua yang kita pikirkan harus kita bawa pulang. Kadang, cukup kita serahkan pada Tuhan — lewat satu doa yang tulus. Dalam perjalanan belajar ini, kita mungkin akan menemui banyak rintangan, namun dengan keyakinan dan doa, kita dapat menemukan jalan keluar yang lebih baik. Selalu ingat, kita tidak sendiri. Setiap kali kita merasa terjebak, ingatlah untuk kembali kepada doa ini. Semoga Allah selalu melapangkan dada kita dan memudahkan setiap urusan kita.
Dalam setiap kesusahan, ada kemudahan yang menanti. Mari kita gunakan doa ini sebagai lampu penerang di tengah kegelapan, dan biarkan keyakinan membawa kita menuju cahaya harapan yang lebih cerah.


